Beyond Beautiful : Wanita; Keluarga dan Cinta

Kumpulan tips bagi wanita tentang bisnis, karir, keluarga dan cinta. Sukses itu penting, namun cinta lebih penting.

Sunday, February 17, 2013

Menikmati Penolakan



Sedih, pilu, gundah mungkin juga marah. Itulah yang dirasakan orang yang ditolak. Ditolak cintanya, ditolak lamaran pada suatu pekerjaan atau ditolak proposalnya. Yang paling sering terjadi adalah ditolak penawarannya. Hampir semua penjual pernah mengalami penolakan. Namun yang berbeda adalah cara menghadapi penolakan itu. 

Ada yang larut dalam kesedihan lalu menjadikannya putus asa. Ada yang yang justru menjadikan kata ‘tidak’ sebagai pemicu semangat untuk melakukan usaha lebih keras lagi. Sebagaimana Kolonel Sanders yang ratusan bahkan ribuan kali ditolak ketika menawarkan resep ayam gorengnya. Namun ia tidak menyerah. Kini kita lihat kedai yang menjual ayam goreng dengan label Kentucky Fried Chicken hampir ada di semua kota di dunia, termasuk Indonesia. Buah dari ketekunan menghadapi penolakan mengantarkan banyak sales pada posisi puncak karier dengan penghasilan milyaran rupiah.

Kata ‘tidak’ bukan akhir segalanya. Penolakan tidak berarti dunia ini sudah kiamat. Barangkali dengan mengatakan ‘tidak’, calon pelanggan ingin mengatakan ‘tidak saat ini’ atau ‘tidak yang ini’. Artinya masih banyak kesempatan. Mungkin juga mereka mengatakan tidak karena kurang memahami produk kita. Atau memang budget yang tidak sesuai dengan penawaran kita. Bisa jadi karena prospek belum mengetahui kelebihan dari produk yang ditawarkan.

Berpikir positif, itulah jawabannya. Caranya adalah memandang bahwa masih ada kesempatan. Langkah selanjutnya adalah membuat persiapan untuk melakukan hal lebih baik lagi. Belajar dari apa yang dilakukan para marketer MLM yang hampir tidak pernah mengenal kata menyerah. Mereka melakukan upgrading diri sendiri, bahkan dengan biaya mereka sendiri. Meningkatkan kemampuan negosiasi, kemampuan presentasi, penguasaan produk hingga ketrampilan memahami karakter personal seseorang hingga mudah melakukan pendekatan.

Selanjutnya adalah mengubah cara pandang. Menempatkan posisi pada orang yang melakukan penolakan. Proposal yang diajukan ditolak. Biasanya disikapi dengan nada negatif. Itulah dia memang sentimen sama saya, setiap mengajukan sesuatu ditolak. Atau aneka prasangka lain yang justru akan menambah beban pikiran kita. Cobalah untuk berpikir terbalik. Seandainya saya pada posisi orang tersebut, apa yang membuat saya menolak penawaran ini. Dengan demikian kita akan menemukan jawaban. Proposal kurang lengkap. Biayanya terlalu besar. Saatnya belum tepat. Gali ide lebih kreatif lagi. Terlalu mahal. Kurang efisien dan seterusnya.

Kemudian mensikapi penolakan sebagai sebuah dinamika profesi. Nikmatilah. Karena itulah jalan keindahan yang akan membawa kita untuk mencintai profesi kita. Lihatlah orang-orang yang menikmati penolakan. Penjual koran dijalanan, tukang semir sepatu yang berkeliling menawarkan jasanya ke semua orang. Tukang sol sepatu, mbak jamu, tukang ojek di pangkalannya. Juga sopir taksi dan tukang obat. Tidak terhitung berapa kali mereka ditolak oleh prospek mereka. Bisakah Anda bayangkan seandainya mereka menyerah lalu ngambeg dan pulang ke rumah? Resepnya adalah kuasai penolakan sebelum Anda dikuasai oleh penolakan, demikian yang diungkapkan oleh Richard Denny dalam bukunya Succeed for Yourself. Jika kita sudah bisa menguasai penolakan, kita tidak perlu takut lagi untuk mencoba mengajukan penawaran. Dengan keterampilan kita menguasai penolakan, kita bisa mengubah kata ”tidak” menjadi ”ya”. Selamat mencoba! 

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.